Surat Untuk Sahabat

Selamat malam kawan, bagaimana hari-harimu?
Melelahkan? Bersyukurlah karena Tuhan masih meridhoi jalanmu.
Sudah lama sekali sejak saat itu, bahkan aku lupa terakhir kali kita bertemu.
Tak banyak yang kita bicarakan, saling diam, lalu penyesalan.
Aku selalu menantikan kembali pertemuan kita,
bagaimana kebersamaan kita membuat dunia patuh,
bagaimana ringan langkah kita melawan hari,
bagaimana kita begitu semangat meraih satu per satu mimpi,
bagaimana kita selalu melewati malam tanpa kesepian dan kehampaan; hanya ada kedamaian.
Apa kau juga merindukanku?
Apa kau juga menantikan pertemuan kita kembali?
Jika iya, segeralah pulang, aku begitu kesepian harus melewati malam sendirian.
Atau mungkin sebaliknya, aku yang seharusnya pulang; karena aku begitu jauh melangkah pergi.
Ah, entahlah! Aku tak pandai menyiratkan ini semua. Aku terlalu bodoh memilih kata untuk bercerita.
Kau mungkin marah padaku, karena keangkuhanku merusak segalanya, kebersamaan kita.
Aku berkata, 'kebodohan adalah kelemahan', tapi kau menyangkal, 'keangkuhan adalah kelemahan sejati'.
Ya kau benar dan memang selalu benar.
Apa kau bahagia berjalan sendiri tanpaku?
Apa kau menemukan tujuanmu?
Apa kau tak kesepian menembus malam?
Apa kau masih suka bercengkerama pada Tuhan?
Apa kau masih senang merangkai harapan?
Banyak hal yang ingin kutanyakan padamu,
banyak hal yang ingin kubagi bersamamu,
tentang penyesalan, luka dan rasa sakit yang tak tak pernah ada obatnya.

Comments

Popular Posts