Ruang Fiksi
Kuinjakkan kaki pada tanah basah
tempat-Mu menari,
mencari setiap jejak yang Kau beri arti.
Tak terlihat tertutup tergenang.
Bingung, ku bersimpuh meraba apa yang tersisa.
Tak ada!
Hujan kembali pergi tak permisi, tanpa lambaian tangan pun senyum tipis pipi merona.
Aku mendongak.
Perih, putih mata mulai memerah, deras menghujam.
Terpejam lalu terlentang.
Lelah!
Menikmati deru jatuh satu persatu.
Diam membaur lumpur,
terpancang lemas tangan dan kaki.
"Kemana lagi ku harus berlari?
Bahkan tak ada tempat untuk sembunyi.
Sungguh ku terjebak dalam ruang fiksi."
Senyum hanyalah kiasan.
Tanpa skenario apalagi peran,
kita semua hanya serpihan kecil tak bertuan.
Berteman bayang.
Kesepian adalah cahaya bagi kegelapan.
Aku telanjang!
Berilah sebutir derma dari-Mu, Tuhan.
tempat-Mu menari,
mencari setiap jejak yang Kau beri arti.
Tak terlihat tertutup tergenang.
Bingung, ku bersimpuh meraba apa yang tersisa.
Tak ada!
Hujan kembali pergi tak permisi, tanpa lambaian tangan pun senyum tipis pipi merona.
Aku mendongak.
Perih, putih mata mulai memerah, deras menghujam.
Terpejam lalu terlentang.
Lelah!
Menikmati deru jatuh satu persatu.
Diam membaur lumpur,
terpancang lemas tangan dan kaki.
"Kemana lagi ku harus berlari?
Bahkan tak ada tempat untuk sembunyi.
Sungguh ku terjebak dalam ruang fiksi."
Senyum hanyalah kiasan.
Tanpa skenario apalagi peran,
kita semua hanya serpihan kecil tak bertuan.
Berteman bayang.
Kesepian adalah cahaya bagi kegelapan.
Aku telanjang!
Berilah sebutir derma dari-Mu, Tuhan.
Comments
Post a Comment