Menjelang Ketiadaan
"Ingin kutinggalkan toko baju itu, kutanggalkan kecantikanku. Kesedihan, tampak lebih cantik dengan ketelanjangan." Katamu dengan mata berkaca-kaca.
"Sebelum kau pergi, ingin kucatat riwayat-riwayat kebahagiaan ini, agar hidup dan kesedihanmu; tak kubaca lagi dalam puisi."
Aku menimpali...
Tak ada yang selihai lidahmu, yang mampu mengelabuhi tubuh kesedihanku. Tak ada yang sebodoh pikiranku, yang begitu percaya kata-katamu.
Ketika kutuliskan namamu dalam puisiku, saat itulah mataku, tak sanggup lagi mengenali kesedihanku.
"Selesaikan saja ciumanmu, biar kugenapkan bait-bait sajakku. Selesaikan saja pelukanmu, biar kusempurnakan dukaku." Setengah teriakmu membuat aku terhentak setengah mati.
Tuhan menciptakan kita dengan sepenuh cinta. Kita, menjaga cinta dgn sepenuh doa. Doa, menjaga cinta, saat kita tiada.
"Kekasih, sebelum pergi, berikan aku ciuman lagi, ciuman yang menghangatkan jantung ini; agar doa-doamu mengalir keseluruh nadi." Pintaku tanpa menghiraukan apapun.
Waktu berhenti. Bibir kami saling bertemu memagut lembut.
"Pada ketiadaanmu, aku menemukanmu; rindu, adalah apa yang mampu mengingatkan kesedihanku."
Gumamku melihat siluet punggungmu yang semakin menjauh pada senja kala itu. Menghilang seketika di simpang jalan dimana kita kerap bertemu.
Cinta akan selalu lebih paham; kapan kebahagian harus dilepaskan, kapan kesedihan harus ditidurkan.
Karena pada akhirnya, cinta hanyalah sepasang doa yang saling menguatkan; saat kau tiba pun saat kau tiada.
"Sebelum kau pergi, ingin kucatat riwayat-riwayat kebahagiaan ini, agar hidup dan kesedihanmu; tak kubaca lagi dalam puisi."
Aku menimpali...
Tak ada yang selihai lidahmu, yang mampu mengelabuhi tubuh kesedihanku. Tak ada yang sebodoh pikiranku, yang begitu percaya kata-katamu.
Ketika kutuliskan namamu dalam puisiku, saat itulah mataku, tak sanggup lagi mengenali kesedihanku.
"Selesaikan saja ciumanmu, biar kugenapkan bait-bait sajakku. Selesaikan saja pelukanmu, biar kusempurnakan dukaku." Setengah teriakmu membuat aku terhentak setengah mati.
Tuhan menciptakan kita dengan sepenuh cinta. Kita, menjaga cinta dgn sepenuh doa. Doa, menjaga cinta, saat kita tiada.
"Kekasih, sebelum pergi, berikan aku ciuman lagi, ciuman yang menghangatkan jantung ini; agar doa-doamu mengalir keseluruh nadi." Pintaku tanpa menghiraukan apapun.
Waktu berhenti. Bibir kami saling bertemu memagut lembut.
"Pada ketiadaanmu, aku menemukanmu; rindu, adalah apa yang mampu mengingatkan kesedihanku."
Gumamku melihat siluet punggungmu yang semakin menjauh pada senja kala itu. Menghilang seketika di simpang jalan dimana kita kerap bertemu.
Cinta akan selalu lebih paham; kapan kebahagian harus dilepaskan, kapan kesedihan harus ditidurkan.
Karena pada akhirnya, cinta hanyalah sepasang doa yang saling menguatkan; saat kau tiba pun saat kau tiada.
Comments
Post a Comment