Maafkan Aku
setiap jengkal aku adalah kau. juga pada semua rayuanmu pada Tuhan di malam-malam paling larut. barangkali sudah saatnya aku membunuh diriku yang lain.
dia yang sekian lama mengurung dirinya sendiri dalam ruang sempit—melupakan doa-doa
paling ramah yang mengetuk pintunya setiap pagi.
aku tahu ada surga dibawah sana yang mulai pecah-pecah. sebab kini kau adalah kemarau yang panjang. dan aku ingin sekali menjadi
hujan paling deras di malam hari. lalu mengajakmu berdansa berdua saja, dibawahnya; sampai menggigil dan lelah. kemudian dengan sengaja aku akan tertidur dalam pelukmu dalam waktu yang lama.
aku takut akan waktu. sebab waktu begitu mahir memainkan perannya sebagai antagonis. menjatuhkan nyali harapan-harapan yang hendak memeluk langit. dia juga yang melemahkanmu secara perlahan
dan pasti. wajahmu pun dibuatnya tak lagi elok dan sedap dipandangi lama-lama. dia juga yang secara diam-diam meniadakan kebersamaaan juga keberadaan kita.
barangkali, aku yang melangkah dengan terlalu acuh dan angkuh. atau terlalu takut
dan ganjil untuk merentang tangan memeluk diri sendiri. dan kau adalah perempuan yang hampir patah dalam pengharapan.
maafkan aku.
*
Ibu, aku ingin mencintaimu dengan cinta yang sesungguhnya—seperti kau yang mencintaiku dengan sebenarnya cinta.
Ibu, sekali lagi
maafkan aku...
dia yang sekian lama mengurung dirinya sendiri dalam ruang sempit—melupakan doa-doa
paling ramah yang mengetuk pintunya setiap pagi.
aku tahu ada surga dibawah sana yang mulai pecah-pecah. sebab kini kau adalah kemarau yang panjang. dan aku ingin sekali menjadi
hujan paling deras di malam hari. lalu mengajakmu berdansa berdua saja, dibawahnya; sampai menggigil dan lelah. kemudian dengan sengaja aku akan tertidur dalam pelukmu dalam waktu yang lama.
aku takut akan waktu. sebab waktu begitu mahir memainkan perannya sebagai antagonis. menjatuhkan nyali harapan-harapan yang hendak memeluk langit. dia juga yang melemahkanmu secara perlahan
dan pasti. wajahmu pun dibuatnya tak lagi elok dan sedap dipandangi lama-lama. dia juga yang secara diam-diam meniadakan kebersamaaan juga keberadaan kita.
barangkali, aku yang melangkah dengan terlalu acuh dan angkuh. atau terlalu takut
dan ganjil untuk merentang tangan memeluk diri sendiri. dan kau adalah perempuan yang hampir patah dalam pengharapan.
maafkan aku.
*
Ibu, aku ingin mencintaimu dengan cinta yang sesungguhnya—seperti kau yang mencintaiku dengan sebenarnya cinta.
Ibu, sekali lagi
maafkan aku...

Comments
Post a Comment